Pendekatan Supervisi Pendidikan


A. PENDEKATAN SUPERVISI
Pendekatan supervisi terbagi kedalam empat bagian. Yaitu:
(1) pendekatan humanistic
(2) pendekatan kompetensi
(3) pendekatan klinis
(4) pendekatan professional

Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar. Ia akan melakukan dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Dibawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran – aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara rill.

Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :
Pembicaraan awal.
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)


Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
Pembicaraan akhir
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.

Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
2. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya:
(1) definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan.
(2) penilaian kemampuan mual guru dengan segala pirantinya.
(3) program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya.
(4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.


Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekata
n  ini adalah format – format yang berisi :
(1) tujuan supervisi
(2) target yang akan dicapai
(3) tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
(4) kriteria pencapaian target
(5) pengumpulan data monitoring
(6) evaluasi dan tindak lanjut .
Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan inbi dilakukan melalui pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang tersruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang
f) Suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang terus menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru yang meliputi antara lain: a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analistis, b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti – bukti pengamatan yang jelas dan tepat . c) keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan dan d) keterampilan dalam mengajar.
Seperti yang telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar da
n bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran – sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola – pola tingkah laku yang belum sukses.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada : (a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas menhgajar, (b) keterapilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi : (a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam menagajar dan menggunakan stimulasi, (b) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,(c) keterampilan dlam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu : (a) pembicaraan pra- observasi (b) melaksanakan observasi (c) melakukan analisis dan penentu strategi (d) melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi serta (e) melakukan analisis setelah pembicaraan
.
4. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif. Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :
(1) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi : (a) metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik, (b) metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa, (c) pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus serta (d) pembinaan profesional.
(2) Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran. KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru. KKKS singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinan. PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, Maupun KKPS.

Comments

Popular Posts