Prospek Pendidikan Nasional dalam Menghadapi Era Globaliasi

2.1 Pengenalan Transformasi Pendidikan
a. Transformasi Sistem Pendidikan Formal
Tranformasi pendidikan adalah perubahan wajah dan watak pendidikan. Perubahan ini mula-mula akan tampak pada keadaan sekolahnya. Keadaan sekolah dari tahun ke tahun mengalami perubahan hingga sampai pada saat ini termasuk sistem pendidikannya.
Namun sistem yang saat sekarang berkembangan banyak sekali yang berpendapat bahwa kinerja sistem pendidikan saat ini lebih rendah atau kurang bermutu jika dibandingkan dengan dengan prestasi sistem pendidikan kita pada tahun 50-an dahulu.
Semua perbedaan ini adalah akibat dari proses transformasi yang berlangsung secara diam-diam lepas dari perhatian kita. Proses transformasi ini ada kalanya menghasilkan perubahan yang bersifat positif akan juga tetapi bisa juga bersifat negatif. Perubahan-perubahan positif menghasilkan perbaikan-perbaikan, sedangkan negatif menghasilkan kemunduran-kemunduran.
Semua lembaga pendidikan dalam perjalannya mengarungi waktu selalu mengalami transformasi ini. Hal ini disebabkan oleh kenyataan, bahwa lembaga pendidikan yang benar-benar berakar dalam berakar dalam masyarakatnya selalu turut terkena atau terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat itu. Hal serupa akan terjadi pula apabila masyarakat mengalami perubahan yang bersifat non-material.
b. Transformasi Sistem Pendidikan Non-Formal
Transformasi pendidikan di Indonesia tidak hanya terjadi di bidang pendidikan formal saja, tetapi juga di bidang pendidikan non-formal atau pendidikan luar sekolah. Sekitar tahun 50-an yang lalu, satu-satunya kegiatan pendidikan non-formal yang tampak dengan mencolok hanyalah kegiatan pemberantasan buta huruf. Namu perlahan muncul kegiatan-kegiatan pendidikan non-formal lain seperti kursus, kejar paket A, B atau C yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan ijazah SD, SMP, SMA.
Begitulah proses transformasi di bidang pendidikan non-formal ini berkembang secara berangsur. Sekarang ini jenis dan jumlah lembaga pendidikan non-formal yang ada dalam masyarakat sungguh lebih jauh berbeda daripada apa yang kita miliki dahulu. Sekarang ini di negara-negara yang sudah maju industrinya, pendidikan non-formal dianggap sama pentingnya dengan pendidikan formal.

2.2 Relevansi Pendidikan Non-Formal
Setiap kali kita membicarakan pendidikan nasional, yang kita bicarakan hanya sistem pendidikan formal saja. Sistem non-formal tidak dianggap penting. Padahal dalam membangun masyarakat yang berpengatahuan dan berpendidikan tidak hanya bisa dilakukan melalui sistem pendidikan formal. Dalam hal lain juga sistem pendidikan formal tidak mungkin melakukan hal tersebut sendirian.
Untuk meningkatkan kualitas masyarakat yang sudah memasuki pasar kerja, sangat dibutuhkan suatu sistem pendidikan luar sekolah yang handal, yang dirancang berdasarkan perkembangan teknologi kerja yang ada dalam masyarakat kita, dalam hal ini sistem pendidikan non-formal.
Di semua negara dengan ekonomi industri peningkatan kualitas tenaga kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Kegiatan ini berupa pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan non-formal. Lembaga-lembaga non-formal ini memberikan pelatihan yang bersifat pra-jabatan (pre-service training) kepada pendatang baru di pasar kerja dan juga pelatihan yang bersifat pelatihan ulang (retraining) kepada mereka yang harus menguasai suatu keterampilan baru dalam suatu lapangan kerja yang telah mereka masuki. Makin banyak suatu masyarakat memiliki lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti ini, makin tinggi pula kualitas angkatan kerja yang terdapat di masyarakat.

2.3 Corak Kehidupan Dalam Era Globalisasi
Di samping arus informasi, era globalisasi juga di tandai oleh adanya peredaran bebas dari barang, jasa modal dan tenaga kerja (free flow of goods, service, capital and manpower). Hal ini berarti, bahwa dalam setiap masyarakat yang telah memasuki era globalisasi akan selalu terdapat sejumlah informasi yang banyak, berbagai jenis barang modal dan barang konsumsi, bermacam-macam jenis jasa, berbagai modal yang ditawarkan kepada masyarakat melalui pasar modal dan berbagai jenis tenaga kerja dengan keahlian di berbagai bidang.
Masyarakat yang telah memasuki era globalisasi berpotensi berkambang dengan cepat karena tersedianya informasi yang cepat, barang dan jasa yang memadai, dan juga pasar modal dan tenaga kerja yang cukup luas. Namun hal ini dapat terjadi hanya untuk mereka yang dapat mengolah segenap fasilitas yang ada pada dirinya. Dalam kemampuan ini pada umumnya dimiliki hanya bagi mereka yang mempunyai pendidikan dan wawasan yang tinggi dan solid, memiliki semangat usaha yang tinggi (entrepreneurship) yang imajinatif, dan memiliki etos kerja yang handal dan profesional.
Sementara bagi mereka yang tidak mempunyai kemampuan, tidak memiliki pendidikan dan wawasan yang cukup, tidak ada semangat yang mendorong berusaha, tidak akan mengalami perubahan atau perkembangan apapun. Mereka hanya akan stagnan dan tertinggal dari orang-orang yang lain dan juga tertinggal oleh lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat yang telah memasuki era globalisasi harus memiliki kemampuan belajar (learning capability), baik dalam kegiatan belajar formal (formal setting) ataupun non-formal (non-formal setting) dan informal (informal setting). Ini dikarenakan dalam era globalisasi secara bertahap masyarakat atau sebuah negara membutuhkan tenaga kerja yang berpengatahuan (knowledge worker) daripada tenaga kerja yang tidak berpengetahuan. Jadi dalam era globalisasi pendidikan dan pengetahuan akan sangat menentukan dan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia.

2.4 Pendidikan Nasional
Dalam era globalisasi akan banyak sekali tantangan yang akan di hadapi oleh masyarakat kita maupun dunia, yang mana tantangan ini tidak dapat di pandang sebelah mata.
Pertama, dalam era globalisasi kita dituntut untuk bekerja dengan teknologi dan informasi. Karena kita harus mengetahui informasi apa saja yang kita butuhkan untuk suatu keperluan.
Kedua, dalam setiap masyarakat yang telah memasuki era globalisasi kehidupan akan penuh persaingan yang ketat. Ketiga, dalam era globalisasi penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual yang bersifat dasar merupakan salah satu keharusan. Penguasaan bahasa, pengetahuan alam dan pengetahuan sosial yang lazim disebut dengan istilah “penguasaan pengetahuan yang bersifat dasar”.
Pada dasarnya terdapat 5 (lima) persyaratan dasar untuk menghadapi dan bertahan di era globalisasi, yaitu:
- Sebagian besar anggota masyarakat harus mampu menguasai “the basics” (pengetahuan dasar)
- Sebagian besar anggota masyarakat harus memiliki kemampuan belajar (learning capability)
- Sebagaian besar anggota masyarakat harus memiliki jiwa berusaha (entrepreneurship)
- Anggota masyarakat harus memiliki etos kerja yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini siswa-siswa tamatan sistem pendidikan formal yang ada di Indonesia belum nampak memiliki persyaratan diatas, meskipun sebagaian sudah memilikinya. Dan mengenai sistem pendidikan non-formal lebih menyedihkan lagi. Walaupun sudah mulai menyusun suatu rancangan yang jelas menuju ke suatu tujuan nasional, akan tetapi tetap saja lembaga-lembaga ini belum nampak dirancang untuk mempersiapkan angkatan kerja yang handal untuk menghadapi era ekonomi informasi. Mungkin hanya beberapa saja yang sudah berjalan kearah yang lebih maju dalam detik-detik menghadapi era globalisasi.

Comments

Popular Posts